Oleh: Miftah Fayiz Mubarok
Kelahiran:
Abu Ali al-Hasan bin Ali bin Ishaq at-Tusi adalah nama lengkap dari Nizham al-Mulk. Beliau merupakan salah satu tokoh cendekiawan Islam yang masyhur dalam sejarah. Pelopor sistem pendidikan Islam dengan madrasah Nizhamiyyah-nya yang telah ditiru oleh seluruh dunia hingga sekarang. Beliau dilahirkan pada hari Jumat tanggal 21 Zulhijjah 408 H/10 April 1018 M, di Nuqan, Propinsi Thus, Timur Laut Iran.
Ibunya wafat ketika beliau masih dalam usia menyusu, sehingga beliau sejak kecil dirawat dan dididik oleh ayahnya. Ayahnya jugalah yang berperan sebagai guru pertama yang mengenalkan dan mengajarkannya akan banyak ilmu. Diriwayatkan, bahwasanya beliau telah menghafalkan Al-Qur’an pada usia 11 tahun dan telah mempelajari madzhab Syafi’i dan aqidah Asy’ari dengan baik sejak masih belia. Beliau juga penulis yang cakap, ahli ilmu hisab, jenius dalam ilmu insyaa’.
Diriwayatkan pula bahwasanya beliau selalu dalam keadaan berwudhu, tak pernah lepas shalat sunnah, senantiasa mendawamkan puasa sunnah, akrab dengan orang-orang sholih, dan selalu bersedekah setiap subuh dengan 100 dinar. Beliau ‘alim lagi sholih. Guru-guru beliau sangatl banyak, beberapa diantaranya :Imam Abu Qasim al-Qusyairi, Imam Abu Hamid al-Azhari, Imam Manshur Syuja’ bin Ali.
Karir Gemilangnya:
Selama masa pemerintahan Dinasti Saljuk, Nizhamul-Mulk diangkat sebagai menteri. Karena kemampuannya, ia memegang posisi itu selama tiga puluh tahun. Selama masa jabatannya tersebut, Nizhamul Mulk banyak melakukan kebijakan yang berpengaruh besar bagi kemajuan Iran. Di antaranya adalah Pendirian berbagai sekolah yang dikenal dengan nama “Nizhamiyah”.
Selain seorang Negarawan, Nizhamul Mulk juga seorang penulis hebat. Salah satu karyanya yang Terkenal berjudul “Siyasat-nameh”, yang merupakan penuturan pengalamannya selama menjadi menteri, dan pandangannya mengenai metode-metode pemerintahan yang Baik. Hingga saat ini, buku tersebut dianggap sebagai salah satu buku sastra iran yang terpenting.
Nizamul al-Mulk merupakan wazir atau perdana menteri dari Dinasti Saljuk, yaitu sebuah dinasti kecil dari Dinasti Abbasiyah yang berhasil mengalahkan dinasti Buwaihi. Nizamul al-Mulk menjabat sebagai wazir, ketika dinasti Saljuk dipimpin oleh Alp Arselan. Setelah Alp Arselan wafat, kepemimpinannya digantikan oleh puteranya Yang bernama Sultan Malik Syah, yang pada saat itu berumur 18 tahun.
Kedudukan Sultan Malik Syah menjadi khalifah diawali dengan perebutan kekuasan dari saudara-saudaranya, namun ketika itu Nizamul Mulk membantu Sultan Malik Syah, hingga Akhirnya Malik syah berhasil menjadi khalifah. Hal tersebut membuat Sultan Malik Syah merasa berhutang budi kepada Nizhamul Mulk, maka selanjutnya Nizhamul Mulk tetap diangkat sebagai wazir. Mengetahui dan menyadari umurnya yang masih muda dan kurang memiliki pengalaman, kemudian Sultan Malik memberikan wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas negara kepada Nizhamul Mulk.
Dengan bakat dan pengetahuan yang hebat, maka pada saat itu Nizhamul Mulk berhasil mengendalikan negara dan melaksanakan perbaikan-perbaikan yang besar. Salah satu perbaikan yang dilakukan adalah mengenai pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan yang berdiri ketika beliau menduduki jabatan wazir, tidak lagi bersifat klasik (kuttab, salon kesusasteraan, rumah ulama, dan lain-lain). Namun pada saat itu lembaga pendidikan sudah maju dan berkembang. Hal itu ditandai dengan berdirinya madrasah.
Selain itu, Nizamul Mulk juga mendirikan asrama yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendidikan untuk para pelajar. Tak hanya memperhatikan fasilitas pendidikan yang diberikan kepada para pelajar, tetapi Nizamul Mulk juga sangat memperhatikan keadaan para guru, sehingga siapapun yang dapat memberikan ilmunya untuk kemajuan pendidikan akan diberikan keperluan hidup dan gaji yang cukup.
Selain bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, lembaga pendidikan yang didirikan oleh Nizamul Mulk ini juga untuk mempertahankan madzhab Sunni, karena sebelumnya dinasti Buwaih bermadzhab Syiah, dan diwaktu yang bersamaan Dinasti Fathimiyyah (dinasti yang memisahkan diri dari Abbasiyah) yang berada di mesir juga sedang mendakwahkan mazhab Syiah. Madrasah yang dibangun oleh Nizhamul Mulk dikenal dengan sebutan Madrasah Nizhamiyyah.
Kokohnya Madrasah Nizhamiyah
Madrsah Nizamiyah yang pertama didirikan terletak di Baghdad Ibu Kota dan pusat pemerintahan Islam pada waktu itu. Madrsah Nizamiyah ini didirikan dekat pinggir Sungai Dirjah di tengah-tengah pasar Selasah di Baghdad. Mulai dibangun pada tahun 457 H/1065 M dan selesai dibangun pada tahun 459 H (2 tahun lamanya baru selesai) yang didirikan pada masa pemerintahan Bani Saljuq. Madrasah Nizamiyah, ialah suatu penamaan yang menisbatkan kepada nama pendirinya.
Kemasyhuran Madrasah ini sangat dikenal di seluruh wilayah Islam. Keberadaannya dapat ditemui Hampir di setiap kota, antara lain di Baghdad, Balkh, Naisabur, Herat (Iran), Basrah, Isfahan, Merv, Mosul (Irak), dan sebagainya. Mulanya ia hanya membangun beberapa Madrasah. Kemudian, tatkala ia pergi ke suatu daerah dan menemukan orang yang berpengetahuan luas dan cukup dikenal, maka di tempat itu pula Nizam Al Mulk membangun madrasah baru. Orang yang ditemuinya tersebut kemudian diangkat sebagai pengajar.”
Usaha Nizam Al Mulk mendirikan madrasah dan lembaga keagamaan lainnya mendapat dukungan dari ulama-ulama yang bermaqdzhab Syafi’i dan dalam teologi Beraliran Asy’ariyah. Para ulama tersebut bergembira dengan naiknya Nizam Al Mulk dan kebijaksanaannya mengembalikan nama baik ulama-ulama Asy’ariyah yang dikutuk oleh perdana menteri Al Kunduri pada masa Sultan Tugril Beq. Pada masa Al Kundurialiran Asy’ariyah bersama dengan Rafidiah dikutuk melalui mimbar-mimbar Masjid, sehingga banyak ulama yang melarikan diri, seperti Imam al Haramaian Abu Ma’ali Al Juwaini dan Al Qusyairi.
Pada masa itu, madrasah Nizamiyah dicatat sebagai tempat pendidikan yang paling masyhur. Sehingga kota-kota yang terdapat madrasah Nizamiyahnya menjadi pusat-pusat studi keilmuan dan menjadi terkenal di dunia Islam pada masa itu. Para pelajar berdatangan dari berbagai daerah untuk mencari ilmu ke madrasah-madrasah Nizamiyah tersebut.
Kesungguhan Nizam Al Mulk dalam membina madrasah-madrasah yang didirikannya itu tercermin pada kesediaannya menyisihkan waktunya untuk melakukan kunjungan ke madrasah-madrasah Nizamiyah di berbagai kota tersebut. Disebutkan bahwa dalam kesempatan kunjungannya tersebut, ia dengan penuh perhatian ikut menyimak dan mendengarkan kuliah-kuliah yang diberikan, sebagaimana ia juga ikut mengemukakan pikiran-pikirannya di depan para pelajar di madrasah itu.
Wafatnya Nizham al-Mulk dan Runtuhnya Madrasah Nizhamiyyah
Pada hari ke-10 Ramadhan 485 H, Nizhamul Mulk melakukan safar dengan Sultan Maliksyah menuju Baghdad, lalu ketika waktu berbuka puasa tiba, di tengah-tengah perjalanan, beliau didatangi oleh seorang aliran Bathiniyyah Ismailiyah, dan langsung menghujamkan pisau tepat di hatinya. Maka syahid lah beliau-rahimahullah ta’alaa-pada malam itu. Diriwayatkan bahwasanya perkataan terakhir beliau adalah: “Jangan kalian bunuh pembunuhku, karena telah aku maafkan ia.”
Begitulah akhir hayat seorang Wazir (menteri) yang sholih. Seluruh wilayah kekhalifahan Islam bersedih dengan berita wafatnya beliau. Sampai ada sya’ir masyhur yang berbunyi,
كَانَ الْوَزِيرُ نِظَامُ الْمُلْكِ لُؤْلُؤَةَ *** يَتِيمَةً صَاغَهَا الرَّحْمَنُ مِنْ شَرَفِ
عَزَّتْ فَلَمْ تَعْرِفِ الْأَيَّامُ قِيمَتَهَا *** فَرَدَّهَا غَيْرَةً مِنْهُ إِلَى الصَّدَفِ
“Menteri Nizham al-Mulk adalah sebongkah mutiara # seorang yatim yang telah dicatat oleh Sang Rahman sebagai orang mulia # Sungguh mulia sehingga hari-hari pun tak dapat mengetahui nilainya # Maka Ia membuatnya cemburu tanpa sengaja.”
Madrasah Nizamiyah sedikit demi sedikit mengalami kemunduran setelah wafatnya Nizam al-Mulk. Madrasah yang sistem pendidikan dan organisasinya ditiru di Eropa, Madrasah Nizamiyah ini sempat berjaya sampai akhir abad ke-14, ketika Timur Lenk menghancurkan segala peradaban serta membantai ribuan orang di wilayah Baghdad. Timur lenk dengan bala tentaranya menyerbu kota Baghdad Menjadi lautan tinta dan ditaklukkannya. Baghdad hancur lebur sekitar tahun 1393 M.
Wallahu a’lam bisshowāb.