Perguruan Islam An-Nizhamiyyah

Khutbah Singkat Bersejarah

 

Oleh: Ust. Faris Ibrahim, Lc.

Seberapa penting khutbah Jum’at? Inikan momen sepekan sekali yang boleh jadi bagi banyak abangan muslim adalah momen satu-satunya bagi mereka menemukan makna di balik kolom agama di KTP mereka. Tapi kok masih ada ya yang menyia-nyiakan kesempatan ini, berbicara panjang kali lebar di atas mimbar tanpa poin yang bisa disimpulkan pendengar.

Fenomena inilah boleh jadi yang sejak lama telah menggugah seorang Syaikh Allamah Thahir Ibn Asyur seabad yang lalu, penulis tafsir “Tahrir wa Tanwir” ini berusaha memikirkan ulang urgensi khutbah sebagai medium kritik sosial, bukan hanya jadi panggung untuk atraksi dalil- dalil yang membentur kehampaan realitas, melainkan untuk memantik kesadaraan akan krisis yang sedang terjadi di masyarakat.

Ibn Asyur hidup di masa di mana gaya hidup Barat sudah bukan lagi ‘mengetuk pintu’ dunia Islam melainkan sudah ‘masuk dalam rumah’. Gejalanya dapat dilihat secara langsung lewat cara muslimah berpakaian yang mulai bablas terbukanya, masalah ini semakin diperparah dengan kebijakan rezim sekular yang melarang pemakaian jilbab.

Maka berjalan menuju Masjid Jami’ Zaituna dengan melewati wanita- wanita Tunisia berpakaian tidak senonoh di pasar, setelah naik mimbar dan membaca rukun khutbah, Imam Ibnu Asyur langsung menatap tajam ke arah jamaah.

Lalu beliau bertanya:

“Wanita-wanita siapa di pasar itu?”

Semua terdiam. Beliau mengulang kembali pertanyaan yang sama.

“Wanita-wanita siapa di pasar itu?”

Semua tetap hening.

Kemudian beliau duduk, lalu berdiri lagi untuk khutbah kedua. Dengan suara tegas penuh wibawa beliau pun berkata:

لا خير فى صلاتكم ونساؤكم عرايا… أقم الصلاة

“Tiada guna shalat kalian sementara wanita-wanita kalian ‘telanjang’.”

Lalu beliau menyuruh muazin untuk mengumandangkan iqamah.

Konon Inilah khutbah terpendek dalam sejarah modern. Wallahu a’lam.

Share Berita:

Pengumuman:

Kalender Event:

Berita & Artikel: